Kamis, 09 Juli 2015

sudut pandang pernikahan sejenis



Sudut pandang tentang pernikahan sejenis

Dari cara saya melihat, terjadi kontestasi politik identitas yang sangat tidak fair ketika berbicara soal isu-isu. Bahkan, secara ekstrem, bisa saja dikatakan tidak terjadi sama sekali kontestasi politik identitas.
Setidaknya, segera setelah berita-berita ini muncul di media sosial secara masif, muncul pula dua kelompok utama, yakni kelompok yang pro pernikahan sejenis dan kontra terhadap perkawinan sejenis.
Kelompok yang pro berbicara atas ragam dasar: cinta atau #LoveWins, hukum, hak, menggunakan foto profil pelangi. Sedangkan, kelompok kontra berbicara atas nama: agama, homophobic, penyimpangan orientasi seksual.

Lantas, apa yang menyebabkan terjadi kondisi tidak fair dalam proses kontestasi politik identitas ini? Argumentasi saya, karena sejak awal, kelompok yang kontra dengan isu pernikahan sejenis terlalu mengedepankan prasangka sosialnya dengan cara yang sangat beragam untuk menolak isu ini secara mentah-mentah.
Jelas, nilai-nilai agama menjadi senjata juga tameng yang sangat efektif untuk berdebat. Fenomena ini dilakukan oleh dua kelompok kontra: kelompok straight fundamentalis dan kelompok Agamawan.
Hal yang cukup memprihatinkan, alih-alih berbicara untuk menolak, oleh kelompok yang kontra pada pernikahan sejenis justru yang terucap adalah nada kebencian.